Pernyataan PM Australia Akui Yerusalem Ibu Kota Israel Di Nilai Bermotif Politik

Pernyataan PM Australia Akui Yerusalem Ibu Kota Israel Di Nilai Bermotif Politik – Kritikan menghujani Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison yang mengaku Yerusalem Barat jadi ibu kota Israel. Oposisi pemerintah mencurigai pernyataan yang dikatakan PM Morrison itu bermotif politik, mendekati pemilu federal yang akan diselenggarakan tahun 2019 lain kesempatan.

Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten, yang pimpin Partai Buruh menyebutkan ketetapan PM Morrison buat mengaku Yerusalem Barat jadi ibu kota Israel tapi tunda pindahan kedutaan jadi ‘kemunduran memalukan’.

“Apakah yang saya risaukan yaitu Morrison tempatkan kebutuhan politik diatas kebutuhan nasional kita,” tegas Shorten dalam komentarnya seperti ditulis Express.co.uk, Sabtu (15/12/2018).
Kritikan sama pun dikatakan Menteri Luar Negeri kabinet bayangan Australia, Penny Wong. Dalam pengakuannya, Wong menyebutkan PM Morrison mengusahakan ‘menyelamatkan wajah’ dari kekalahan pemilu Wentworth pada Oktober waktu lalu.

“Mengaku Yerusalem Barat jadi ibu kota Israel, sekalian senantiasa tempatkan Kedutaan Australia di Tel Aviv, tidak lebih dari perbuatan selamatkan muka yang membuktikan Morrison senantiasa tempatkan keinginannya sendiri diatas kebutuhan nasional,” ucap Wong.

“Ini adalah ketetapan yang amat beresiko serta tidak mendapatkan keuntungan apa pun,” ujarnya. Menurut Wong, ketetapan PM Morrison itu membuat Australia ‘kehilangan langkah’ ditengah populasi internasional.
Pemimpin Partai Hijau Australia, Richard Di Natale, menyebutkan pernyataan yang dikatakan PM Morrison itu ‘tidak bertanggung jawab’. “Metode terpilih buat memajukan prospek perdamaian di Israel serta Palestina yaitu mengaku suatu negara Palestina,” ucapnya seperti ditulis The Guardian.

“Kenyataan kalau ia (Morrison) menampik buat menarik diri dalam melawan banyak kritikan, termasuk juga dari panel penasihat pilihannya sendiri, yaitu Trumpesque dalam kebodohan,” kata Di Natale. Trumpesque adalah arti buat menyebutkan suatu mirip Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

“Partai Hijau udah berulang-ulang mengemukakan kalau pernyataan Yerusalem Barat jadi ibu kota Israel sama juga merugikan proses perdamaian serta untuk rakyat Palestina. Ketetapan ini menghadiahi pemerintahan (PM Benjamin) Netanyahu di Israel dengan beberapa kebijakan seperti merajalelanya permukiman yang tidak cuma melanggar hukum internasional tetapi pun makin mengikis prospek perdamaian,” ujarnya.

Dilaporkan AFP kalau PM Morrison punya harapan kehilangan suport di kelompok pemilih Yahudi serta Kristen konservatif pada pemilu federal tahun depannya. Lebih didapati dalam pemilu Wentworth yang diselenggarakan 20 Oktober lantas, calon Partai Liberal, Dave Sharma, kalah dari calon mandiri Kerryn Phelps. Lebih dari 12 prosen elektorat atau pemilih di Wentworth adalah penduduk penganut Yahudi.

Wentworth adalah divisi pemilu Australia di negara sisi New South Wales. Kursi House of Representatives (HOR) atau sama dengan DPR buat lokasi Wentworth kosong sesudah Malcolm Turnbull lengser dari tempat PM Australia serta mengundurkan diri dari tempatnya jadi anggota HOR mewakili lokasi itu. Kekalahan di Wentworth jadi pukulan untuk Morrison yang saat ini pimpin Partai Liberal serta mengambil alih Turnbull jadi PM Australia.